Oleh: Kakao Boy | April 19, 2008

Perbanyakan Kakao Secara Vegetatif

Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
160
Perbanyakan Kakao Secara Vegetataif
· Entris yang digunakan dapat diambil
dari klon unggul lokal atau klon
unggul dari Puslit Kopi dan Kakao
seperti TSH 858, GC 7, ICS 60, dan
UITI.
· Entris harus digabung secepatnya atau
ditempel paling lambat 5 hari setelah
diambil dari pohonnya.
· Cara vegetatif bisa dilakukan dengan
metode sambung samping untuk
pertanaman kakao yang sudah tua dan
tidak produktif lagi, dan cara okulasi
dilakukan pada bibit kakao untuk
keperluan penanaman baru.
· Penempelan atau penyambungan tidak
dilakukan pada saat musim kering
atau musim hujan lebat.
· Pemupukan urea, SP36, KCl tetap
dilakukan pada tanaman batang
bawah sesuai rekomendasi setempat.
· Kebersihan entris sebelum dan
sesudah disambung atau tempelan
harus tetap dijaga agar tidak terserang
hama atau penyakit.
· Pemangkasan batang bawah pada
metode sambung samping perlu
dilakukan setelah entris tumbuh + 75
cm, agar pertumbuhan entris tersebut
mendapat cahaya matahari yang
cukup.
· Entris sebaiknya diambil dari cabang
plagiotrop.
Prasyarat Teknis
· Sumber entris terdapat dekat lokasi.
· Batang bawah harus mendapat
perawatan yang baik misalnya
pemupukan, penyiangan, dan pemberantasan
hama.
· Gunakan peralatan yang baik dan
memenuhi syarat teknis.
· Lakukan teknik okulasi dan penyambungan
yang sesuai untuk tanaman
kakao.
Sumber: BPTP Sulawesi Tengah

Oleh: Kakao Boy | April 7, 2008

Pengendalian Hama PBK

Baca Selengkapnya..

JEMBER – Masyarakat kopi dan kakao siap memasuki babak baru. Ini diawali dengan beroperasinya Laboratorium Teknologi Somatic Embryogenesis (SE) di Indonesia. Mentan Anton Apriyantono telah meresmikan laboratorium canggih ini di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) di Jember, Jatim, Sabtu (16/2). Dengan peresmian Laboratorium SE tersebut, menurut Mentan, Indonesia tercatat sebagai negara pertama di dunia yang menerapkan teknologi SE untuk perbanyakan bibit kakao secara komersial. Sementara komoditas kopi, Thailand tercatat sebagai pengguna pertama teknologi SE.

Dalam sambutannya, Mentan menjelaskan bahwa sekitar 80% produksi biji kopi dan kakao Indonesia pada saat ini dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Hasil produksi perkebunan ini juga sebagian besar untuk keperluan ekspor (biji kopi lebih dari 50% dan biji kakao hampir 90%). Dan, sekitar 2 juta petani Indonesia pada saat ini mengandalkan kopi dan kakao sebagai sumber mata pencahariannya.

Kakao merupakan salah satu komoditas utama dalam program revitalisasi perkebunan dengan target capaian pengembangan perkebunan rakyat pada tahun 2010 seluas 200.000 ha, yang meliputi program peremajaan tanaman seluas 54.000 ha, rehabilitasi tanaman tua 36.000 ha, dan perluasan areal tanaman 110.000 ha. Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah dapat diimplementasikannya inovasi teknologi, khususnya penggunan benih unggul berkualitas. Dari target ini, dalam waktu 4 tahun ke depan diperlukan lebih dari 200 juta satuan bahan tanam (rata-rata 50 juta satuan bahan tanam/tahun). Apabila dijumlahkan dengan kebutuhan regular di luar program revitalisasi kakao sebesar 25 juta satuan bahan tanam/tahun, maka total kebutuhan menjadi 75 juta satuan bahan tanam/tahun.

Pada saat ini diperkirakan sekitar 80% dari hasil kebun kakao yang dipanen, benihnya berasal dari populasi tanaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini menyebabkan rata-rata produktivitas kakao hanya sebesar 625 kg/ha/thn atau sekitar 0,31 % dari potensi yang diharapkan, yaitu di atas 2000 kg/ha/thn.

Kemampuan penyediaan benih kakao secara konvensional sampai lima tahun ke depan diperkirakan hanya dapat mencapai 36-50 juta pertahun atau hanya sekitar 0,48-0,67% dari kebutuhan. Selain jumlahnya belum mencukupi, benih kakao yang berasal dari biji sebenarnya belum layak disebut sebagai benih karena kualitas benihnya rendah dan sangat heterogen.

Penggunaan teknologi penghasil benih unggul bermutu yang disebut dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE) akan dapat mendukung penyediaan bibit klonal secara massal dengan harga yang terjangkau oleh petani. Sebagai informasi pembanding, teknologi semacam ini baru dalam tahap uji lapang untuk skala komersial di Equador, sedangkan untuk tanaman kopi Robusta telah diterapkan di Thailand.

Beberapa sifat unggul bibit yang diperoleh dengan teknologi SE adalah tanaman memiliki tajuk sempurna lengkap dengan jorquette, sistem perakaran tunggang, pertumbuhan seragam dan bersifat vigor, masa TBM empat bulan lebih cepat, relative tahan kekeringan, dan produksinya tinggi. Panen pertama dapat dilakukan pada tanaman umur tiga tahun dengan produksi sudah mencapai 500 kg/ha/thn (500% lebih tinggi dari tanaman asal benih). Pada tanaman umur lima tahun produksinya telah dapat mencapai 1.680 kg/ha/thn. Tanaman kakao yang berasal dari teknologi SE tidak hanya bersifat true type saja, melainkan juga lebih unggul dibandingkan tanaman yang diperoleh dengan teknik konvensional yang selama ini digunakan di seluruh dunia.

Pengembangan teknologi SE pada tanaman kopi dan kakao telah dilakukan oleh PPKKI, bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Nestle (Nestle R&D Centre) Tours, Perancis. Setelah melalui serangkaian proses uji lapang, teknologi SE dapat diterapkan dalam skala besar. Teknologi ini telah ditransfer ke PPKKI melalui system training pada tahun 2006-2007, yang diikuti dengan program pendampingan teknologi dalam proses produksi bibit.

Untuk mendukung pengembangan operasional secara massal, Deptan cq. Ditjenbun pada tahun 2007 telah mengalokasikan dana untuk renovasi bangunan gedung laboratorium tahap pertama seluas 900 m² dan pengadaan peralatan laboratorium SE yang ada di PPKKI Jember. Dengan telah selesainya renovasi laboratorium tahap pertama dan proses transfer teknologi SE kopi dan kakao, mulai tahun 2008 PPKKI siap memproduksi plantlet paska aklimatisasi kopi dan kakao asal SE, yaitu setara dengan 250.000 bibit kopi Robusta dan 1.100.000 bibit kakao.

Dalam upaya meningkatkan produksi dan menekan biaya produksi bibit SE, pada tahun 2008, direncanakan akan dilakukan renovasi laboratorium tahap kedua seluas 2.000 m² melalui anggaran Badan Litbang Pertanian, sekaligus melakukan lanjutan transfer teknologi SE kakao dan kopi Arabika menggunakan teknis bioreactor.

Target produksi bibit kopi asal SE tahun 2008 dan 2009 berturut-turut adalah 250.000 dan 1 juta satuan bahan tanam, sedangkan untuk bibit kakao tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 1,1 juta dan 4 juta satuan bahan tanam. Selanjutnya mulai tahun 2010 target produksi kopi dan kakao pertahun berturut-turut sebesar 2-5 juta dan 10 juta satuan bahan tanam Ditulis oleh Webmaster

Oleh: Kakao Boy | Maret 31, 2008

Hama PBK

PENGGEREK BUAH KAKAO

Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Sn) adalah serangga hama yang berbahaya pada kakao. Hama ini langsung menyerang buah kakao dan dapat menghilangkan produksi sebesar 84%.

 

Pengenalan dan Cara Hidup

Ngengat aktif pada malam hari sesudah senja hingga pukul 8 malam. Ngengat betina meletakkan telur pada permukaan kulit buah, tidak pada bagian tanaman kakao lainnya. Segera setelah telur menetas, ulat (larva) muda langsung menggerek buah dan memakan bagian buah yang lunak diantara biji di bawah kulit buah termasuk kulit makanan (Plasenta), tetapi tidak memakan biji kakao.

Telur hanya terdapat di permukaan buah (6-7 hari) baru menetas. Ulat (larva) terdapat dalam buah lamanya 15-18 hari dan menjelang kepompong, keluar menembus kulit buah kemudian berkepompong pada permukaan buah atau menjatuhkan diri sambil bergantung pada benang sutra yang terbuat dari air liurnya, untuk mencapai tempat berkepompong yaitu: pada daun, cabang, batang, daun kering di atas tanah atau apa saja yang terdapat di atas tanah. Kurang dari 24 jam setelah mendapat tempat tumpuan untuk persiapan kepompong, ulat kemudian menjadi kepompong yang lamanya (6-8 hari). Proses pembentukan kepompong juga biasanya terjadi di alur-alur buah, daun-daun yang masih hijau ataupun yang sudah kuning atau pada potongan-potongan ranting yang lain. Pupa yang terbentuk dilindungi dengan selaput (kokon) yang berukuran 8 mm.

Ngengat yang keluar dari kepompong akhirnya bertelur pada permukaan kulit buah. Seekor ngengat dapat meletakkan telur sampai 100 butir. Ngengat berwarna putih keabu-abuan dan memiliki garis-garis putih pada sayap depannya dan titik kuning pada bagian ujungnya. Umur ngengat 7 hari dan bebas beterbangan di alam, serta aktif pada malam hari.  

Oleh: Kakao Boy | Maret 29, 2008

images.jpgSebanyak dua jenis tanaman kakao tahan hama ulat yang berasal dari klon KW 215 dan KW 514, tengah diuji Puslit Kakao dan Kopi Indonesia Jember untuk penanaman di Pulau Jawa. Rencananya, kedua jenis klon tersebut akan direferensikan untuk berbagai perkebunan yang mengusahakan kakao di Pulau Jawa.

Munculnya kedua klon tersebut diambil secara seleksi dari sejumlah klon tanaman kakao dari PTPN VII Lampung-Sumsel. Latar belakangnya, adalah upaya penggunaan klon kakao di Pulau Jawa, untuk mengatasi salah satu hama yang sangat mengganggu, yaitu ulat conopomorpha dan cramerella.

 

Oleh: Kakao Boy | Maret 24, 2008

varietas kakao

I.        Varietasa.   Ada 2 varietas coklat, yaitu Criolo dan Forasterob.   Klon-klon coklat yang dianjurkan untuk ditanam: DR 2, DR 1, DR 38, DR 33, G 8, DRC 6, DRC 13, DRC 15, DRC 16, KWC 1, KWC 2, KWC 5, KWC 6, KWC 7, GC 1, GC 2, GC 7, dan GC 8

Oleh: Kakao Boy | Maret 18, 2008

S E J A R A H K A K A O

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KAKAOPada abad modern seperti saat ini hampir semua orang mengenal cokelat yang merupakan bahan makanan favorit, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari cokelat karena sifat cokelat yang dapat mencair dan meleleh pada suhu permukaan lidah. Bahan makanan dari cokelat juga mengandung gizi yang tinggi karena di dalamnya terdapat protein dan lemak serta unsur-unsur penting lainnya. Faktor pembahas utama konsumsi cokelat sehari-hari oleh masyarakat adalah harganya relatif tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lainnya.Produk cokelat yang umum dikenal masyarakat adalah permen cokelat (cocoa candy). Permen cokelat termasuk jenis makanan ringan yang jenisnya sangat beragam, dari permen yang bahan utamanya cokelat dan gula hingga permen yang bahan cokelatnya hanya sebagai pelapis permukaannya. Produk cokelat yang juga sangat populer adalah berbagai jenis makanan dan es krim (ice cream). Bubuk cokelat (cocoa powder) juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat kue dan pengoles roti. Di samping itu, ada produk antara produk setengah jadi yang kurang dikenal masyarakat, yaitu lemak cokelat (cocoa butter) yang umumnya digunakan oleh industri farmasi dan industri kosmetika (biasa digunakan untuk bahan pembuat lipstik).Produk cokelat dihasilkan melalui tahapan dan proses yang relatif panjang. Tanaman kakao, tanaman, buah, dan biji akan menghasilkan buah kakao yang di dalamnya terdapat biji-biji kakao. Dari biji-biji kakao ini, dengan perlakuan pasca panen, termasuk proses pengolahan dan pengeringan akan dihasilkan biji-biji kakao kering yang siap dikirim ke pabrik pengolah (prosesor). Oleh pengolah, biji kakao diolah menjadi produk-produk setengah jadi dan produk-produk sudah jadi.Pada masa yang akan datang, komoditas biji kakao yang ada di Indonesia diharapkan akan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan lainnya seperti karet, kopi dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun produksinya. Sumbangan nyata biji kakao terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor biji kakao dan hasil industri kakao. Sumbangan lainnya adalah penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri, baik industri bahan makanan maupun industri kosmetika dan farmasi. Yang tidak kalah pentingnya dari munculnya industri kakao adalah tersedianya lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia, dari tahap penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, industri, dan pemasaran.A.    Sejarah Tanaman KakaoBeberapa literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang-orang kulit putih di bawah pimpinan Christopher Colombus menemukan Amerika. Suku Indian Maya adalah suku yang dulunya hidup di wilayah yang kini disebut sebagai Guatemala, Yucatan, dan Honduras (Amerika Tengah). Kedatangan suku Astek dari daerah utara kemudian menaklukkan suku Maya dan menguasai kebun-kebun kakao milik suku Maya. Mereka mulai belajar menanam serta mengolah kakao menjadi makanan dan minuman cokelat. Ketika bangsa Spanyol datang pada tahun 1591, suku Astek-lah yang mereka kenal sebagai penanam dan yang mengusahakan tanaman kakao (Soenaryo, 1978 ; Minifie, 1970).Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan dengan cara menyimpan biji kakao dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Bij yang telah dikeringkan tersebut selanjutnya disangrai di dalam pot tanah, tetapi sebelumnya kulit bijinya dihilangkan dan digerus dengan lumpang batu. Adonan ini kemudian dicampur dengan jagung dan rempah dan dijadikan kue atau dodol. Untuk membuat minuman, secuil kue ini diaduk dengan air yang dapat juga ditambahkan dengan vanili. Campuran ini disebut dengan “chocolatl” (Chatt, 1953). Pada waktu itu biji kakao tidak hanya digunakan sebagai minuman, tetapi juga digunakan sebagai alat barter, pembayaran upeti, juga digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan dan pengobatan (Wood, 1975).Bangsa Spanyol pada saat itu tidak menyukai cokelat hasil olahan suku Astek. Mereka mulai mencari cara pengolahan sendiri dengan menyangrai biji kakao, kemudian menumbuknya dan menambahkan gula tebu. Ternyata hasil pengolahan dengan cara seperti ini lebih cocok dengan selera mereka. Karena itu, pada akhirnya bangsa Spanyol memperkenalkan gula tebu ke Meksiko pada tahun 1522 – 1524. Orang – orang Spanyol juga tercatat sebagai penanam pertama kakao di Trinidad pada tahun 1525.Di samping bangsa Spanyol, bangsa Belanda juga tercatat sebagai perintis penanam kakao di Asia (Urquhart, 1961). Pengenalan pertama kakao kepada orang-orang Eropa terjadi pada tahun 1528. Orang – orang Spanyol membawa pulang beberapa kakao yang sudah mereka olah dan mereka persembahkan kepada Raja Charles V. Karena rasanya yang sangat lezat, cokelat menjadi terkenal di Spanyol sebagai makanan dan minuman yang baru. Pada awal tahun 1550, pengenalan kakao semakin meluas hingga ke seluruh daratan Eropa. Beberapa pabrik cokelat telah berdiri, seperti di Lisbon (Portugal), Genoa, Turin (Italia), dan Marseilles (Prancis). Selanjutnya, perdagangan biji kakao antara Amerika dan Eropa berkembang pesat (van Hall, 1932). Kakao semakin terkenal setelah ditemukannya cara dan alat untuk mengekstrak biji kakao menjadi lemak kakao (cocoa butter)dan bubuk cokelat (cocoa powder) oleh C.J. Van Houten sekitar tahun 1828 di Belanda. Setelah tahun 1878 cara membuat susu cokelat ditemukan oleh M. Daniel Peter di Swiss.Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi Utara. Ekspor dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825 hingga 1838 sebanyak 92 ton. Nilai ekspor tersebut dikabarkan menurun karena adanya serangan hama pada tanaman kakao. Tahun 1919 Indonesia masih mampu mengekspor sampai 30 ton, tetapi setelah tahun 1928 ternyata ekspor tersebut terhenti (van Hall, 1932).Menurut van Hall, pada tahun 1859 sudah terdapat 10.000 – 12.000 tanaman kakao di Ambon. Dari pohon sebanyak itu dihasilkan 11,6 ton kakao. Namun, kemudian tanamannya hilang tanpa ada informasi lebih lanjut. Sekitar tahun 1880, beberapa perkebunan kopi di Jawa Tengah milik orang-orang Belanda mulia melakukan  percobaan menanam kakao yang kemudian disusul perkebunan di Jawa Timur karena pada saat itu kopi Arabika mengalami kerusakan akibat terserang penyakit karat daun (Hemileia vastatrix).Pada tahun 1888 oleh Henri D. MacGilavry yang mengenal sifat-sifat baik kakao Venezuela terutama mengenai mutunya, didatangkan puluhan semaian baru dari Venezuela. Namun, sangat disayangkan karena yang bertahan hidup hanya satu pohon. Pada saat tanaman kakao tersebut mulai menghasilkan ternyata buahnya kecil-kecil, bijinya gepeng, dan warna kotiledonnya ungu, tetapi setelah biji-biji yang dihasilkan tersebut ditanam kembali, ternyata dapat menghasilkan tanaman yang sehat, buah dan bijinya besar, serta tidak disukai hama penggerek buah kakao (kakao mot) dan Helopeltis. Dari pohon-pohon yang baik tersebut dipilih beberapa pohon sebagai pohon induk dan dikembangkan secara klonal. Upaya ini dilakukan di Perkebunan Djati Runggo (dekat Salatiga, Jawa Tengah), sehingga klon-klon yang dihasilkan diberi nama DR atau kependekan dari Djati Runggo. Berkat penemuan klon-klon DR (DR 1, DR 2, dan DR 3) ini perkebunan kakao ini dapat bertahan, bahkan selain di Jawa Tengah berkembang juga perkebunan kakao di Jawa Timur dan Sumatera.B.     Perkembangan Produksi dan Konsumsi Kakao Dunia1.      Perkembangan ProduksiTanaman kakao berasal dari hutan hujan tropis di Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan. Jadi, wajar saja jika pada tahap awal dominasi produksi dikuasai oleh Amerika Selatan. Pada tabel 1 dapat dilihat perkembangan produksi kakao di negara-negara penghasil kakao pada tahun 1830 – 2000.Tabel 1. Perkembangan produksi kakao di beberapa negara tahun 1830 – 2000.

Negara Produksi (000 ton)
1830 1850 1900 1950 1970 2000
EkuadorVenezuelaBrasilTrinidadSao TomeGhanaNigeriaPantai GadingKamerunIndonesiaTotal 4,94,42,90,813 5,55,43,51,718 23918121711115 3217153982621105647805 60181794103863031771101.481 781304471571.2521174192.600

Sebelum periode 1919 / 1920, produksi dunia didominasi oleh Amerika Selatan dengan produsen utamanya Ekuador dan Brasil. Namun pada periode 1920 / 21 hingga sekarang, produksi kakao dunia telah bergeser dari Amerika Selatan ke Afrika dengan andil 50 – 70%. Sampai periode 1976 / 1977 produsen utama kakao dunia adalah Ghana. Setelah itu, posisinya digantikan oleh Pantai Gading (Ivory Coast).Pada Tabel 1 tampak jelas bahwa Pantai Gading saat ini masih sebagai penghasil utama kakao dunia dengan produksi 1.250 ribu ton, berada jauh di atas produksi negara-negara lain. Sementara itu, peringkat kedua dan ketiga diperebutkan oleh Indonesia dan Ghana (Afrika).2.      Perkembangan Konsumsi Kakao DuniaPerkembangan konsumsi kakao dunia ditinjau dari jumlah pengolahan biji kakao (grinding cocoa) selama periode 1900 – 2000 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.Tabel 2. Konsumsi biji kakao dunia tahun 1900 – 2000

Tahun Konsumsi (000 ton)
19001910192019301940195019601970198019902000 1032063824957117939411.3571.5732.2072.965

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa konsumsi biji kakao sejak tahun 1900 cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan 3,9% per tahun. Seandainya tingkat kesejahteraan sebagian besar penduduk dunia meningkat, apalagi jika harga produk jadi (cokelat) lebih murah, konsumsi kakao dunia diprediksi akan meningkat.C.    Perkembangan Produksi dan Luas Areal Kakao IndonesiaPada Tabel 3 dapat dilihat perkembangan produksi kakao Indonesia periode 1990 – 2002. tabel tersebut menunjukkan bahwa perkebunan rakyat pada tahun-tahun terakhir ini paling dominan, dengan andil produksi sekitar 50,47%. Sementara itu, kontribusi perkebunan besar negara dan perkebunan swasta masing-masing 37,30% dan 12,23%. Peningkatan produksi oleh perkebunan negara relatif stabil, hal ini karena didukung oleh lembaga-lembaga penelitian perkebunan.Kakao Indonesia mengalami perkembangan cukup pesat. Tahun 1969 – 1970, produksi kakao Indonesia hanya sekitar satu ton atau peringkat ke-29 dunia (FAO, 1972), kemudian meningkat menjadi sekitar 16 ton atau peringkat ke-16 dunia pada tahun 1980 – 1981.Mutu kakao rakyat ternyata cukup rendah, padahal bila dilihat dari segi jumlah adalah yang terbesar, sehingga masalah mutu kakao pun menjadi faktor paling menonjol dan menjadi kendala utama dalam skala nasional.Menurut status pengusahaannya, perkebunan kakao di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Pada tahun 2000 perkebunan rakyat memiliki jumlah area terbesar, yaitu 86% dari total area perkebunan kakao di Indonesia, kemudian diikuti oleh perkebunan besar negara 7%, dan perkebunan besar swasta 7%. Tabel 3 menunjukkan perkembangan luas area kakao periode 1990 – 2002.Tabel 3. Perkembangan luas area dan produksi kakao Indonesia tahun 1990 – 2002

Tahun Luas Area (Ha) Produksi (ton)
PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah
1990199119921993199419951996199719981999200020012002 252.237299.998351.911376.636415.522428.614488.815380.811436.567534.670641.133656.617668.116 57.60064.40662.43765.52569.76066.02163.02562.45558.26159.99052.69052.69052.690 47.65379.65881.65893.124111.729107.484103.49185.79177.71673.05556.09456.09456.094 357.490444.062496.006535.285597.011602.119655.331529.057572.553667.715749.917765.401776.900 97.418119.284145.563187.529198.001231.992304.013263.846369.887304.549363.628370.099374.960 27.01635.46335.99340.63842.08240.93336.45635.64446.30737.06434.79035.10035.256 19.91320.15225.59129.89229.89431.94133.53030.72932.73325.86222.72423.06523.195 142.347174.899207.147258.059269.981304.866373.999330.219448.927367.475421.142428.264433.411

D.    Perkembangan HargaHarga kakao merupakan aspek yang kompleks, karena banyak faktor yang saling memengaruhi terbentuknya harga. Selama ini, faktor pasokan (supply) kakao relatif paling berpengaruh terhadap terbentuknya tingkat harga di samping faktor permintaan (demand). Penyebabnya, beberapa kontrak pembelian, pengiriman dan tingkat harga sudah disetujui selama 1 tahun yang akan datang sehingga jika pada tahun yang bersangkutan mengalami penurunan akibat faktor iklim, hama, penyakit, atau pergolakan politik, eksportir akan panik jika tidak mampu memenuhi volume kontraknya.Cara yang paling mudah untuk memperkirakan tingkat harga yang akan terjadi pada tahun mendatang adalah berdasarkan data stok kakao pada akhir tahun kakao. Umumnya, jumlah stok yang melimpah akan menekan harga (eksportir merasa aman karena cadangan cukup). Demikian juga jika jumlah stok terbatas, harga cenderung terdorong naik.Untuk jangkan panjang, produksi kakao dunia diramalkan akan terus meningkat karena negara-negara produsen utama kakao cenderung terus memperluas area kakaonya. Dalam kondisi seperti di atas, konsumen sebagai penentu harga akan memilih kakao bermutu tinggi dengan harga murah.

Kategori